Pengamat kebijakan publikAgus Pambagiomenilai pemerintah tidak memiliki kebijakan yang jelas mengenai penanganan dan pencegahan mewabahnyavirus corona. "Sekarang memang karena tidak jelas sebetulnya untukCovid 19itu bagaimana policy nya pemerintah selain hanya berdoa dan tidak, tidak ada, tidak ada (yang positif terjangkitviruscorona)," ujar Agus ketika dihubungi Kompas.com, Minggu (1/3/2020). Menurut Agus, pemerintah belum memberikan petunjuk jelas. Misalnya, terkait apa yang harus dilakukan masyarakat dan ke mana tempat yang harus dituju jika mengalami gejala penyakit yang disebabkancovid 19.

Selain itu, Agus juga menyinggung soal kontrol terhadap masuknya orang asing ke Indonesia, baik melalui bandara maupun pelabuhan. Dalam pandangannya, tak ada kebijakan penanganan yang konkret dalam menangani situasi yang membahayakan. "Kita ke mana nih kalau ada yang kena, kan enggak ada petunjuk itu ke publik, saya belum dengar yang pasti kecuali tadi, berdoa, dan sebagainya.

Itu lebih berbahaya menurut saya, karena real policy nya seperti apa sih, siapa yang mengawasi," ujar dia. "Misalnya, sekarang kita punya 34 bandara internasional, dengan situasi seperti ini sebetulnya hanya dibuka katakan tidak lebih dari 3 bandara, Soekarno Hatta, Denpasar sama Kualanamu sehingga kontrol dari orang asing yang masuk ke sini kan jelas. Kebijakan itu pun kan tidak ada," sambung Agus.

Ia pun tak memungkiri bahwa pendekatan penanganan pemerintah dalam isu ini lebih kepada sektor ekonomi. Agus menuturkan, hal itu tak lepas dari kondisi ekonomi masyarakat serta bencana banjir yang baru saja melanda sejumlah kota di Indonesia. "Kita sudah krisis ini dari sisi kebijakannya. Jadi itu makanya penyakitnya dianggap tidak serius memang," kata Agus.

Meski aspek ekonomi juga penting, Agus menuturkan, pemerintah seharusnya menjelaskan langkah dalam menangani dan mencegah penyebaran wabah di Indonesia. Setelah itu, pemerintah mengungkapkan strategi mengatasi masalah ekonomi akibat mewabahnyaviruscorona di dunia. "Sekarang penyebabnya apa krisis itu, kan corona, terus tambah banjir, itu dua hal buat kita. Bagaimana penanganannya?

Kedua, ekonominya apa yang mau dijelaskan," ucapnya. Melansir SCMP, per Minggu (1/03/2020), total ada 86.529 kasus secara global, 2.979 kematian, dan 41.958 orang yang dinyatakan sembuh. Sebanyak 61 negara telah mengkonfirmasi adanya temuan infeksiviruscorona.

Dunia sangat serius menyikapi penyebaranvirusini. Namun, sampai saat iniviruscorona dilaporkan belum terdeteksi di Indonesia. Sayangnya, alih alih melakukan sosialisasi dan pencegahanviruscorona agar masyarakat lebih siap, beberapa pejabat justru menjadikan kondisi tersebut sebagai bahan kelakar. Salah satu contohnya seperti yang dikatakan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, saat ditanya mengenai isu enam orang yang diduga terinfeksiviruscorona dan masuk ke Batam.

Luhut mengatakanviruscorona telah pergi dari Indonesia. "Corona? Corona masuk Batam? Hah? Mobil Corona. Corona kan sudah pergi dari Indonesia," ujarnya di Jakarta, Senin (10/2/2020). Corona yang dimaksud adalah mobil Toyota Corona yang dirakit di Indonesia, yang sejak tahun 1998 berhenti diproduksi.

Pemerintah Indonesia sendiri telah melakukan beberapa langkah pencegahan sejak Januari 2020. Kepala Bidang Media dan Opini Publik Kementerian Kesehatan, Busroni mengatakan, pihaknya berhati hati dalam merespons dan menindaklanjuti informasi terkait penyebaranvirus coronaCovid 19. Hal ini disampaikannya saat ditanya mengenai kasus positif virus corona terhadap seorang warga negara Jepang yang baru saja berkunjung ke Indonesia.

WN Jepangitu dinyatakan positif terinfeksi virus corona tak lama setelah kembali dari Indonesia. Menurut informasi, yang bersangkutan sudah mengalami gejala flu sejak sebelum bertolak ke Indonesia. Mengenai hal ini, kata Busroni, harus ditelusuri dengan teliti riwayat perjalanan yang bersangkutan.

Oleh karena itu,Kemenkesbelum bisa berkomentar lebih jauh. "Belum ada tanggapan, karena dia belum jelas riwayat perjalanannya ke mana saja. Jadi itu masih belum bisa dikonfirmasi. Karena kita mengonfirmasi terkait dengan suatu kasus itu harus jeli betul, karena itu dipertimbangkan oleh negara tersebut dan juga WHO," kata Busroni, saat dihubungi Kompas.com , Senin (24/2/2020) pagi.

Ia menekankan, riwayat perjalanannya harus diketahui dengan jelas sebelum bisa dikonfirmasi dari mana ia mendapatkan virus tersebut. Busroni mengatakan, infeksi itu belum tentu didapatkan dari Indonesia sebagaimana terjadi dengan turis yang berkunjung ke Bali dan terkena virus corona. Ternyata, virus didapatkan pasien ity saat yang bersangkutan berada di Shanghai.

"Ingat enggak dengan turis yang dari Bali itu, ternyata kenanya di Shanghai. Itulah namanya riwayat, harus jelas," kata Busroni. Seperti diberitakan Kompas.com , Minggu (23/2/2020), pasien yang dinyatakan positif virus corona adalah pria tersebut berusia 60 an tahun yang bekerja sebagai staf fasilitas perawatan lansia. Pria ini sempat mengunjungi sebuah institusi kesehatan pada 12 Februari 2020 setelah mengalami "gejala gejala seperti flu".

Setelah diperiksa, ia kembali ke rumah karena tidak didiagnosa mengidap pneumonia. Dua hari berikutnya, 13 Februari dan 14 Februari 2020, ia kembali bekerja dan berada di rumah. Sehari setelahnya, 15 Februari 2020, pria itu berkunjung ke Indonesia bersama keluarganya dalam rangka liburan.

Melansir BBC Indonesia , Minggu (23/2/2020), NHK tidak melaporkan secara rinci ke mana saja pria itu bepergian selama di Indonesia. Informasi ini dinilai penting bagi pihak Indonesia untuk mengantisipasi penyebaran virus corona di Indonesia. Beberapa hari di Indonesia, pria itu kembali ke Jepang pada 19 Februari 2020, dan mengalami kesulitan bernapas yang parah dan disebut mengalami "kondisi serius".