Pemkab Tulungagung mengusulkan 10 Geoheritage di daerahnya untuk menjadi Geopark. Geologi di daerah Tulungagung ini diharapkan menjadi tempat wisata geologi tingkat nasional. Usulan ini berbasis pada geologi di Tulungagung yang unik.
Usulan terbanyak berasal dari Kecamatan Campurdarat dengan empat lokasi, yaitu Gunung Api Purba Budheg, Jajaran Goa Wajakensis, Terowongan Batu Gamping Niyama dan Telaga Patahan Buret. Dua berasal dari Kecamatan Pucanglaban, yaitu Pantai Laguna Kedungtumpang dan Tambang Batu Lazuli Watu Ijo. Dua dari Kecamatan Tanggunggunung, yaitu Goa Sungai Bawah Tanah Tenggar dan Pantai Patahan Sanggar. Sedangkan dua lainnya adalah Air Terjun Patahan Tretes di Kecamatan Pagerwojo, dan Geo Marmer Besuki di Kecamatan Besuki.
Menurut Kepala Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan, Badan Perencanaan Pembangunan Derah (Bappeda) Tulungagung, Andri Syambudi, pihaknya menggandeng UPN Veteran Yogyakarta sebagai tim ahli. Universitas ini dinilai sudah berpengalaman dalam penelitian Geopark. Sesuai dengana aturan baru, sebelum usulan Geopark harus menyusun geoheritage. “Kami sudah selesai menyusun geoheritage. Dan kami sudah usulkan ke Pusat Survei Geologi di Bandung,” terang Andri. Andri menambahkan, dokumen sudah dikirim minggu lalu lewat pos. Permohonan itu disertai surat pengantar dari Bupati Tulungagung.
Sembari menunggu penetapan, Bappeda juga telah menyusun dokumen geodiversity dan culture diversity. “Jadi tiga elemen itu; geoheritage, geodiversity dan culture diversity disatukan dan menjadi Geopark. Sekarang tinggal menunggu tim dari Bandung turun ke Tulungagung,” sambung Andri. Dari 10 usulan itu, nantinya bisa saja ditetapkan lebih dari satu lokasi.
Sementara usulan culture diversity, antara lain Candi Dadi, Goa Pasir, Goa Selomangleng, Candi Gayatri dan Candi Penampihan. Selain itu ada Museum Wajakensis, Monumen Wajak dan Marmer, Desa Kerajinan Marmer, Terowongan Romusha, Kawasan Konservasi Penyu Sanggar, Festival Ulur ulur, reog Kendang, batik Tulungagung dan lodo ayam.